I PENDAHULUAN
Bab ini akan
menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3)
Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan
1.1 Latar Belakang Percobaan
Proses pencoklatan
atau browning sering terjadi pada
buah-buahan seperti pisang, peach, pear,
salak, dan apel. Bauh yang memar juga mengalami proses pencoklatan.
Pada umumnya proses
pencoklatan dibagi menjadi dua jenis yaitu proses pencoklatan yang enzimatik
dan non enzimatik.
Pencoklatan enzimatik
terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung fenolik yang dapat bertindak
sebagai substrat dalam proses pencoklatan enzimatik pada buah-buahan dan
sayuran. Disamping katekin dan turunannya seperti tirosin, asam kafeat, asam
klorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat proses pencoklatan.
Senyawa fenolik
dengan jenis ortodihidroksi atau trihidroksi yang saling berdekatan merupakan
substrat yang baik untuk proses pencoklatan. Pada proses enzimatik memerlukan
adanya enzim fenol oksidase, fenolase, atau polifenolase; masing-masing bekerja
secara spesifik untuk substrat tertentu.
Terjadinya reaksi
pencoklatan diperkirakan melibatkan perubahan dan bentuk kuinol menjadi kuinon.
Reaksi pencoklatan
yang nonenzimatik belum diketahui atau diemengerti penuh. Tetapi pada umumnya
ada tiga macam reaksi pencoklatan nonenzimatik yaitu karamelisasi, reaksi
Maillard, dan pencoklatan akibat vitamin C. (Winarno, 1992, Hal : 40-41)
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan uji Moore
adalah untuk mengetahui terjadinya sifat karamelisasi yang ditandai dengan bau
dan warna yang khas.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan uji
Moore adalah berdasarkan oksidasi dan pemanasan senyawa karbohidrat
menghasilkan senyawa komplek berwarna coklat dengan bau yang khas (bau
karamel).
1.4 Reaksi percobaan
H
½
C=O
+ NaOH àH–C
–OH
½½
H–C–OH OH–C–H
½½
H–C–OH H –C –OH
½½
H–C–OH H
–C –OH
½½
CH2OH CH2OH
(Glukosa) (Karamel)
Gambar 1. Reaksi uji
percobaan Moore
II METODE PERCOBAAN
Bab Ini akan
menguraikan mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Pereaksi yang Digunakan,
(3) Alat yang Digunakan, dan (4) Metode Percobaan.
2.1 Bahan yang
Digunakan
Bahan yang digunakan
dalam Uji Moore adalah 2 ml larutan sampel karbohidrat yaitu sampel K (Nu Milk
Tea), L (yakult), G (Nata de Coco) , D (Trenz), B (susu ultramilk) dan 2 ml
larutan NaOH 10%.
2.2 Pereaksi yang
Digunakan
Pereaksi yang
digunakan dalam Uji Moore adalah larutan
NaOH 10%.
2.3
Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan
dalam Uji Moore adalah tabung reaksi, pipet, tangkrus, gelas kimia dan Waterbath
2.4 Metode
Percobaan
Gambar 2.
Metode Percobaan Uji Moore
Prosedur
percobaan uji Moore ini adalah sampel dipipet sebanyak 2 ml kemudian ditambah 2
ml larutan NaOH 10%, dipanaskan dalam air menididh selama 5 menit, amati perubahan
warna dan bau yang terjadi, apabila coklat dan menghasilkan bau karamel maka
positif.
III HASIL PENGAMATAN
Bab ini akan menguraikan mengenai :
(1) Hasil Pengendapan, (2) Pembahasan.
3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Moore
Sampel
|
Pereaksi
|
Aroma
|
Warna
|
Hasil
|
Nu Milk Tea
|
NaOH 10%
|
Karamel
|
Coklat
|
+
|
Yakult
|
Karamel
|
Coklat
|
+
|
|
Nata De Coco
|
Karamel
|
Kuning
|
+
|
|
Trenz
|
Karamel
|
Kuning
|
+
|
|
Susu Ultra
|
Karamel
|
Kuning kecoklatan
|
+
|
Sumber : Dwika
Larasati dan Risma Sri Ayu, Meja 02, Kelompok F, 2014
Keterangan
: (+) Adanya bau atau warna yang khas
( - ) Tidak adanya bau atau warna yang khas
|
Gambar
3. Hasil Pengamatan Uji Moore
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil
pengamatan pada uji Moore didapatkan sampel K (Nu Milk Tea), L (yakult), G
(Nata de Coco) , D (Trenz), B (susu ultramilk) mengalami proses karamelisasi.
Hal ini ditandai dengan timbulnya warna coklat atau bau karamel yang khas.
Uji Moore bertujuan
untuk mengetahui adanya gugus alkali. Reaksi yang terjadi adalah :
|
Gambar 3. Reaksi Uji
Moore
Reaksi ini disebut
juga reaksi pendamaran. Uji Moore menggunakan NaOH (alkali/basa) yang berfungsi
sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan
membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan.
(Monruw,2010)
Mekanisme uji Moore
yaitu ketika sampel ditambahkan dengan pereaksi NaOH 10% maka NaOH akan
mensubtitusi OH—untuk membentuk aldol aldehid yang titik leburnya
lebih rendah. Kemudian dengan pemanasan maka membuat glukosa mencapai titik
didihnya dan menyebabkan timbulnya aroma karamel yang khas. Pemanasan bertujuan
untuk membuka ikatan karbon dengan hidrogen dan menggantikannya dengan gugus
–OH. Ketika pemanasan terus berlanjut maka glukosa mencapai titik leburnya dan
terbentuklah warna coklat pada larutan glukosa. Timbulnya aroma tetapi tidak
menimbulkan warna coklat juga disebabkan karena konsentrasi glukosa dalam
larutan yang tinggi, menyebabkan dalam waktu 5 menit saja tidak cukup bagi
glukosa untuk mencapai titik leburnya. (Himka, 2011)
NaOH 10% digunakan
sebagai pereaksi yang juga berfungsi memberikan suasana alkalis, menghidrolisis
serta menurunkan titik lebur dari glukosa. Jika penggunaan NaOH kurang dari 10%
konsentrasinya, maka ditkhawatirkan tidak akam terjadi karamelisasi pada
larutan glukosa, sedangkan Jika konsentrasi ditambahkan menjadi lebih dari 10%, maka waktunya akan
lebih cepat dan karamelisasi lebih cepat terbentuk.
Tetapi jika digunakan NaOH dengan konsentrasi lebih dari 10% akan
membuang-buang biaya, karena dengan konsentrasi 10% saja NaOH dapat menurunkan
titik lebur glukosa dengan baik. (Nursiam,2010).
Sukrosa memberikan
hasil negatif karena pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul
glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom
karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom tersebut adalah
tom karbon yang mempunyai gugus –OH glikosidik, atau atom karbon yang merupakan
gugus aldehida pada glukosa dan gugus
keton pada fruktosa. Oleh karena itu molekul sukrosa tidak mempunyai gugus
aldehida atau keton bebas, atau tidak mempunyai gugus –OH glikosidik
(Poedjiaji, 2005, Hal : 31).
Bila suatu larutan sukrosa diuapkan maka
konsentrasinya akan meningkat, demikian juga titik didihnya. Bila keadaan
tersebut tercapai dan pemanasan diteruskan, maka cairan yang ada bukan lagi
terdiri dari air tetapi cairan sukrosa yang lebur. Bila gula yang telah mencair
tersebut dipanaskan terus sehingga suhunya melampaui titik leburnya, misalnya
pada suhu 170oC, maka mulailah terjadi karamelisasi sukrosa.
tahap-tahap terjadinya karamelisasi: mula-mula setiap molekul sukrosa dipecah
menjadi sebuah molekul fruktosan dan glukosa. Suhu yang tinggi mampu
mengeluarkan sebuah molekul air dari setiap molekul gula sehingga terjadilah
glokosan, suatu molekul yang analog dengan fruktosan. Proses pemacahan dan
dehidrasi diikuti dengan polimerisasi dan beberapa jenis asam timbul dalam
campuran tersebut. Bila soda ditambahkan ke dalam gula yang telah
terkaramelisasi, maka adanya panas dan asam akan mengeluarkan
gelembung-gelembung CO2 yang mengembangkan cairan karamel. Bila
didinginkan akan membentuk benda yang kropos dan rapuh (Poedjiaji, hal 41, 2005).
Karamelisasi terjadi karena, larutan sukrosa bila
diuapkan maka konsentrasinya akan meningkat, demikian juga titik didihnya.
Keadaan ini akan terus berlangsung sehingga seluruh air menguap semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai
dan pemanasan diteruskan maka cairan yang ada bukan lagi terdiri dari air tetapi
cairan sukrosa yang lebur.Titik lebur sukrosa adalah 160oC.Gula yang
telah mencair dipanaskan terus sehingga suhunya melampaui titik leburnya
(Winarno, hal 41, 1992).
Bau karamel yang khas
adalah akibat dari sejumlah hasil fragmentasi dan dehidrasi gula. Warna coklat
tetapi tidak berbau karamel karena sampel mengandung konsentrasi gula yang
sedikit. Sedangkan jika berbau karamel tetapi berwarna coklat, memiliki
konsentrasi gula yang tinggi. Penambahan NaOH dapat menurunkan titik lebur.
Selain itu, NaOH memberi suasana alkalis, dan mampu menghidrolisa glukosa
(Setiawati, 2013).
Kelebihan uji Moore
yaitu sederhana, tidak rumit dan membutuhkan waktu yang tidak lama untuk
mengetahui terjadinya sifat karamelisasi pada glukosa. Kelemahannya yaitu tidak
dapat mengamati terjadinya sifat karamelisasi yang sempurna karena waktu yang
digunakan sedikit.
Kesalahan yang
terjadi selama praktikum dapat terjadi karena alat yang digunakan kurang
bersih, kurang teliti dan hati-hatinya praktikan dalam meneteskan sampel atau
larutan pereaksi sehingga mempengaruhi konsentrasi glukosa dalam larutan.
IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan
menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran.
4.1
Kesimpulan
Dari percobaan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel K (Nu Milk Tea), L (yakult), G (Nata
de Coco) , D (Trenz), B (susu ultramilk) mengalami proses karamelisasi.
4.2
Saran
Dalam melakukan
percobaan dibutuhkan ketelitian dan berhati-hati dalam penambahan
larutan dalam sampel dan menjaga kebersihan laboratorium supaya tidak kotor,
dan ketepatan waktu untuk setiap percobaan, karena waktu adalah salah satu faktor keakuratan dari hasil percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Himka.
2011. Laporan Karbonat. http://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-organik/laporan-karbonat/.
Accesed : 26 Maret 2014
Nursiam.
2010. Laporan Uji Karbohidrat.
http://intannursiam.wordpress.com/2010/05/04/laporan- ipn-6-tan-uji-arbohidrat/
. Accesed : 26 Maret 2013
Poedjadi,
Anna. 2005. Dasar-dasar Biokimia.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Setiawati.
(2013). Biokimia Pangan. http://www.slideshare.net/LaddiesVikers/karbohidrat-ii.
Accesed : 26 Maret 2013
Winarno,
F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar