I PENDAHULUAN
Bab
ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan
1.1 Latar Belakang Percobaan
Gula pereduksi
merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa
penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula
pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehid dan keton bebas. Semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa)
kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi.
Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim,
yaitu semakin tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi
yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur
dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS)
pada panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan,
semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung.(Wikipedia, 2014)
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui
adanya gula pereduksi pada bahan pangan.
1.3 Prinsip Percobaan
Berdasarkan adanya
gugus karbonil bebas yang mereduksi Cu2+ dalam suasana basa
membentuk Cu2O (endapan warna merah bata/biru kehijauan).
1.4 Reaksi Percobaan
|
Gambar 1. Reaksi
Percobaan Uji Benedict
II METODE PERCOBAAN
Bab
Ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Pereaksi yang
Digunakan, (3) Alat yang Digunakan, dan (4) Metode Percobaan.
2.1 Bahan yang
Digunakan
Bahan
yang digunakan dalam Uji Benedict adalah 1 ml larutan sampel karbohidrat dan 3
ml larutan Benedict.
2.2 Pereaksi yang
Digunakan
Pereaksi
yang digunakan dalam Uji Benedict adalah Larutan benedict, yaitu 173 g
Na-Citrat + 100 g Na2CO3 dalam 800 ml air yang sudah
dimasak, diaduk dan ditambahkan 17,3 g CuSO4 dalam 100 ml air
2.3
Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam Uji Benedict
adalah tabung reaksi, pipet, tangkrus, dan gelas kimia.
2.4
Metode Percobaan
1 ml larutan
karbohidrat + 3 ml larutan benedict
Panaskan selama 5 menit
Amati terbentuknya endapan merah bata/biru
kehijauan
Gambar
2. Metode percobaan Uji Benedict
Prosedur percobaan
uji benedict ini adalah sampel dipipet sebanyak 1 ml kemudian ditambah 3 ml larutan benedict, panaskan 5 menit dan
kemudian amati terbentuknya endapan merah bata/biru kehijauan.
III HASIL PENGAMATAN
Bab ini akan menguraikan mengenai :
(1) Hasil Pengendapan, (2) Pembahasan.
3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Molish
Sampel
|
Pere-aksi
|
Warna
|
Hasil
|
|
Sebelum Ditambahkan
|
Setelah Ditambahkan
|
|||
C
|
Larutan
Benedict
|
Biru
|
Hijau
|
(
+ )
|
K
|
Biru
|
Biru
|
(
- )
|
|
F
|
Biru
|
Bening
|
(
+ )
|
|
A
|
Biru
|
Hijau
|
(
+ )
|
|
E
|
Biru
|
Bening
|
(
+ )
|
Sumber : Dwika
Larasati dan Risma Sri Ayu, Meja 02, Kelompok F, 2014
Hasil II : Laboratorium Biokimia Pangan, 2014
Keterangan : (+)
Terbentuk endapan merah bata/Biru kehijauan
( - ) Tidak terbentuk endapan merah bata/Biru
kehijauan
|
Gambar 3. Hasil
Pengamatan Uji Benedict
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil
pengamatan pada uji benedict didapatkan
sampel C (larutan glukosa), F (madu rasa), A (saus sambal), E(bubur SUN)
mengandung gula pereduksi, sedangkan pada sampel K (selai kacang morita) tidak
mengandung gula pereduksi. Seharusnya sampel selai kacang morita mengandung
gula pereduksi. Kesalahan ini disebabkan karena praktikan kurang hati-hati
dalam melakukan prosedur percobaan serta kurang teliti dalam mengamati
perubahan warna.
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa
disakarida seperti laktosa dan maltosa. Nama Benedict merupakan nama seorang
ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember
1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di University of Cincinnati.
Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan
metabolisme di Department of Physiological Chemistry. (Anonim, 2012)
Percobaan Uji Benedict ini menggunakan larutan
benedict sebagai pereaksi yaitu larutan yang dibuat dari 173 gram Na-sitrat
ditambah 100 gram Na2CO3 dalam 800 ml air yang sudah
dimasak, diaduk, dan ditambahkan 17,3 gram CuSO4 dalam 100 ml
air.(Tim Dosen, 2014)
Pereaksi ini berupa
larutan yang mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa
dapat mereduksi ion Cu++ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang
kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium
sulfat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk
dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata. Warna endapan ini tergantung
pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak
digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi fehilng
karena beberapa alasan. Apabila dalam urine terdapat asam urat atau keratinin,
kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi Fehling, tetapi tidak dapat
mereduksi pereaksi Benedict. Disamping itu pereaksi Benedict lebih peka
daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict uga lebih mudah karena
hanya terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi Fehling terdiri dari
dua macam larutan. (Poedjiadi, 2005, hal:40)
Perbedaan Uji Barfoed
dan Uji benedict antara lain uji Barfoed dilakukan dalam suasana asam,
sedangkan uji Benedict dilakukan dalam suasana basa. Komposisi larutan pereaksi
Uji Benedict dan Uji Barfoed juga berbeda. Tujuan Uji Barfoed adalah untuk
mengetahui adanya gula monosakarida oereduksi, sedangkan uji Benedict adalah
untuk mengetahu adanya gula pereduksi secara umum. Lama pemanasan uji Barfoed
dan uji Benedict juga berbeda yaitu masing-masing 15 menit dan 5 menit, hal ini
dikarenakan monosakarida lebih cepat direduksi dalam suasana basa encer.
Sukrosa adalah
oligosakarida yang mempunyai peranan penting dalam pengolahan makanan dan
banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan kelapa kopyor. Untuk
industri-industri makanan biasa digunakan dalam bentuk kristal halus atau kasar
dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup).
Pada pembuatan sirup, gula pasir (sukrkan didalam air dan dipanaskan, sebagian
sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, ang disebut gula invert. Inversi
glukosa terjadi dalam suasana asam. Gula invert tidak dapat berbentuk kristal
karena kelarutan fruktosa dan glukosa sangat besar. (Winarno,1992, Hal:25)
IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan
menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran.
4.1
Kesimpulan
Dari percobaan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel C (larutan glukosa), F (madu rasa), A
(saus sambal), E(bubur SUN) mengandung gula pereduksi, sedangkan pada sampel K
(selai kacang morita) tidak mengandung gula pereduksi
4.2
Saran
Dalam melakukan
percobaan hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukannya, sehingga
sesuai prosedur dan tidak merusak sampel yang akan diuji. Diperlakukan
pemahaman materi agar praktikan memahami maksud dan tujuan percobaan yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2012, Uji Benedict, http://aishalbaharun.blogspot.com/2012/02/uji-benedict.html, Akses : 19 Maret
2014
Poedjadi,
Anna, 2005, Dasar-dasar Biokimia,
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Tim Dosen, 2014, Penuntun
Praktikum Biokimia Pangan, Bandung : Universitas Pasundan
Winarno,
F.G., 1992, Kimia Pangan dan Gizi,
Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar