Sabtu, 03 Mei 2014

Uji Benedict

I PENDAHULUAN

            Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan

1.1  Latar Belakang Percobaan
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehid dan keton bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa) kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung.(Wikipedia, 2014)

1.2  Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui adanya gula pereduksi pada bahan pangan.

1.3  Prinsip Percobaan
Berdasarkan adanya gugus karbonil bebas yang mereduksi Cu2+ dalam suasana basa membentuk Cu2O (endapan warna merah bata/biru kehijauan).

1.4  Reaksi Percobaan
 
 




Gambar 1. Reaksi Percobaan Uji Benedict

II METODE PERCOBAAN

            Bab Ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Pereaksi yang Digunakan, (3) Alat yang Digunakan, dan (4) Metode Percobaan.

2.1 Bahan yang Digunakan
            Bahan yang digunakan dalam Uji Benedict adalah 1 ml larutan sampel karbohidrat dan 3 ml larutan Benedict.

2.2 Pereaksi yang Digunakan
            Pereaksi yang digunakan dalam Uji Benedict adalah Larutan benedict, yaitu 173 g Na-Citrat + 100 g Na2CO3 dalam 800 ml air yang sudah dimasak, diaduk dan ditambahkan 17,3 g CuSO4 dalam 100 ml air

2.3 Alat yang Digunakan
            Alat yang digunakan dalam Uji Benedict adalah tabung reaksi, pipet, tangkrus, dan gelas kimia.

2.4 Metode Percobaan
 



1 ml larutan karbohidrat + 3 ml larutan benedict
 





                     Panaskan selama 5 menit

 




Amati terbentuknya endapan merah bata/biru kehijauan
Gambar 2. Metode percobaan Uji Benedict
Prosedur percobaan uji benedict ini adalah sampel dipipet sebanyak 1 ml kemudian ditambah  3 ml larutan benedict, panaskan 5 menit dan kemudian amati terbentuknya endapan merah bata/biru kehijauan.

































III HASIL PENGAMATAN

            Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengendapan, (2) Pembahasan.

3.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Molish
Sampel
Pere-aksi
Warna
Hasil
Sebelum Ditambahkan
Setelah Ditambahkan
C
Larutan Benedict
Biru
Hijau
( + )
K
Biru
Biru
( - )
F
Biru
Bening
( + )
A
Biru
Hijau
( + )
E
Biru
Bening
( + )
Sumber : Dwika Larasati dan Risma Sri Ayu, Meja 02, Kelompok F, 2014
Hasil II : Laboratorium Biokimia Pangan, 2014
Keterangan : (+) Terbentuk endapan merah bata/Biru kehijauan
( - ) Tidak terbentuk endapan merah bata/Biru kehijauan
 Description: Benedict.jpg
 
 








Gambar 3. Hasil Pengamatan Uji Benedict



3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada uji benedict  didapatkan sampel C (larutan glukosa), F (madu rasa), A (saus sambal), E(bubur SUN) mengandung gula pereduksi, sedangkan pada sampel K (selai kacang morita) tidak mengandung gula pereduksi. Seharusnya sampel selai kacang morita mengandung gula pereduksi. Kesalahan ini disebabkan karena praktikan kurang hati-hati dalam melakukan prosedur percobaan serta kurang teliti dalam mengamati perubahan warna.
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological Chemistry. (Anonim, 2012)
                Percobaan Uji Benedict ini menggunakan larutan benedict sebagai pereaksi yaitu larutan yang dibuat dari 173 gram Na-sitrat ditambah 100 gram Na2CO3 dalam 800 ml air yang sudah dimasak, diaduk, dan ditambahkan 17,3 gram CuSO4 dalam 100 ml air.(Tim Dosen, 2014)
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu++ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sulfat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi fehilng karena beberapa alasan. Apabila dalam urine terdapat asam urat atau keratinin, kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict. Disamping itu pereaksi Benedict lebih peka daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict uga lebih mudah karena hanya terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi Fehling terdiri dari dua macam larutan. (Poedjiadi, 2005, hal:40)
Perbedaan Uji Barfoed dan Uji benedict antara lain uji Barfoed dilakukan dalam suasana asam, sedangkan uji Benedict dilakukan dalam suasana basa. Komposisi larutan pereaksi Uji Benedict dan Uji Barfoed juga berbeda. Tujuan Uji Barfoed adalah untuk mengetahui adanya gula monosakarida oereduksi, sedangkan uji Benedict adalah untuk mengetahu adanya gula pereduksi secara umum. Lama pemanasan uji Barfoed dan uji Benedict juga berbeda yaitu masing-masing 15 menit dan 5 menit, hal ini dikarenakan monosakarida lebih cepat direduksi dalam suasana basa encer.
Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peranan penting dalam pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan kelapa kopyor. Untuk industri-industri makanan biasa digunakan dalam bentuk kristal halus atau kasar dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup, gula pasir (sukrkan didalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, ang disebut gula invert. Inversi glukosa terjadi dalam suasana asam. Gula invert tidak dapat berbentuk kristal karena kelarutan fruktosa dan glukosa sangat besar. (Winarno,1992, Hal:25)













IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran.

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel C (larutan glukosa), F (madu rasa), A (saus sambal), E(bubur SUN) mengandung gula pereduksi, sedangkan pada sampel K (selai kacang morita) tidak mengandung gula pereduksi

4.2 Saran
Dalam melakukan percobaan hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukannya, sehingga sesuai prosedur dan tidak merusak sampel yang akan diuji. Diperlakukan pemahaman materi agar praktikan memahami maksud dan tujuan percobaan yang dilakukan





















           
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Uji Benedict, http://aishalbaharun.blogspot.com/2012/02/uji-benedict.html, Akses : 19 Maret 2014
Poedjadi, Anna, 2005, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Tim Dosen, 2014, Penuntun Praktikum Biokimia Pangan, Bandung : Universitas Pasundan
Wikipedia, 2014, Gula Pereduksi, http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_pereduksi, Akses : 19 Maret 2014
Winarno, F.G., 1992, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama











Tidak ada komentar:

Posting Komentar