I PENDAHULUAN
Bab ini akan
menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3)
Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan
1.1 Latar Belakang Percobaan
Pada umunya
polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono atau
oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida.
Polisakarida yang terdiri dari satu macam monosakarida saja disebut
homopolisakarida sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut
heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan
tidak berbentuk kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat
mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga
lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk
larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting diantaranya ialah amilum,
glikogen, dekstrin dan selulosa. (Poedjiadi, 2005, Hal : 35)
Polisakarida dalam
bahan makanan berfungsi sebagai penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa,
pektin, lignin) an sebagai sumber energi (pati, dekstrin, glikogen, fruktan).
Polisakarida penguat tekstur ini tidak dapat dicerna oleh tubuh, tetapi
merupakan serat-serat (dietary fiber)
yang dapat menstimulasi enzim-enzim pencernaan. (Winarno, 1992, hal:27)
Polisakarida
merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang dapat berantai lurus atau
bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik kerjanya.
Hasil hidrolisis sebagian akan menghasilkan oligosakarida dan dapat dipakai
untuk menentukan struktur molekul polisakarida.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan hidrolisa
suatu polisakarida adalah untuk membuktikan bahwa polisakarida terdiri dari
beberapa monosakarida.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaant hidrolisa
suatu polisakarida yaitu berdasarkan polisakarida yang dihidrolisa oleh asam
akan terurai menjadi monosakarida.
1.4 Reaksi Percobaan
amylum ® dekstrin
® maltosa ® glukosa
I2 I2
(tak berwarna) (tak berwarna)
amylodextrin erythodextrin achrodextrin
(ungu) (merah) (kuning)
Gambar 1. Reaksi
Percobaan Uji Phenilhydrazine
II METODE PERCOBAAN
Bab Ini akan
menguraikan mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Pereaksi yang Digunakan,
(3) Alat yang Digunakan, dan (4) Metode Percobaan.
2.1 Bahan yang
Digunakan
Bahan yang digunakan
dalam hidrolisis suatu polisakarida antara lain sampel amilum,2 ml HCl 3 M dan
larutan I2.
2.2 Pereaksi yang
Digunakan
Pereaksi yang
digunakan dalam hidrolisis suatu polisakarida antara lain larutan amylum 1 %
dan 2 g KI dilarutkan dalam 200 ml air + 0,5 gram I2 diaduk sampai
larut.
2.3
Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan
dalam hidrolisis suatu polisakarida antara lain tabug reaksi, gelas kimia,
pipet, plat tetes, dan pemanas air.
2.4 Metode
Percobaan
Amati perubahan warna setiap
interval 5 menit
Gambar
2. Metode percobaan Uji Hidrolisis Polisakarida
Prosedur
percobaan hidrolisis suatu polisakarida adalah ambil 2 ml sampel amylum dan 2
ml larutan HCL 3M ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan dalam pemanas air,
teteskan dengan I2/KI. Amati perubahan warna setiap interval 5
menit.
III HASIL PENGAMATAN
Bab ini akan menguraikan mengenai :
(1) Hasil Pengendapan, (2) Pembahasan.
3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Hidrolisis suatu Polisakarida
Sampel
|
Pereaksi
|
Waktu
|
Warna
|
Hasil
|
Keterangan
|
Amylum
|
I2/KI
|
0’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
5’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
||
10’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
||
15’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
||
20’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
||
25’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
||
30’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
||
35’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
||
40’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
||
45’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
||
50’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
||
55’
|
Kuning
|
+++
|
Akrodekstrin
|
Sumber : Dwika
Larasati dan Risma Sri Ayu, Meja 02, Kelompok F, 2014
Keterangan
: (+) Amilodekstrin
( ++ ) Eritrodekstrin
(+++) Akrodekstrin
|
Gambar
3. Hasil Pengamatan Uji Phenylhidrazine
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil
pengamatan pada hidrolisis suatu polisakarida didapatkan hasil bahwa sampel
amilum mengalami hidrolisis menjadi akrodekstrin ditandai dengan timbulnya
warna kuning pada larutan dengan penambahan I2 pada larutan sampel
yang telah dipanaskan dengan pengamatan interval selama 5 menit.
Karbohidrat
yang berbentuk polimer memiliki ukuran molekul yang sangat besar dan kompleks
serta memiliki satuan monomer berbagai jenis menyebabkan karbohidrat sulit
ditentukan dengan sebenarnya.Sering jumlah karbohidrat hanya dapat dinyatakan
sebagai jumlah monomer penyusunnya saja misalnya sebagai heksosa atau pentosa total.
Bahkan untuk senyawa polimer yang homogen (homoglikan) misalnya pati yang
terdiri dari monomer glukosa saja, masih memerlukan kurva standar yang
menunjukkan antara jumlah pati murni dengan indikatornya (misalnya gula reduksi
hasil hidrolisanya). Karena terdapat perbedaan ukuran molekul antara jenis pati
yang satu dengan jenis pati yang lain dan sulitnya mendapatkan pati yang
benar-benar murni yang bebas air dan senyawa-senyawa lain, maka cara analisa
penentuan jumlah pati yang sebenarnya menjadi sangat sulit. Reaksi pewarnaan
iodin pada pati misalnya masih sangat bervariasi sehingga kurang cermat karena
adanya perbedaan besar kecilnya molekul pati, perbedaan sumber pati ataupun
adanya interaksi dengan bahan-bahan lain. (Sudarmadji, 1989, Hal : 74)
Karbohidrat golongan
polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodin dan memberikan warna
spesifik bergantung pada jenis karbohidratnya. Amilosa dengan iodin akan
berwarna biru, amilopektin dengan iodin akan berwarna merah violet, glikogen
maupun dekstrin dengan iodin akan berwarna coklat (Sudarmadji, 1989, Hal : 79).
Pati yang berikatan
dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru. Sifat ini dapat
digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur
molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin dan
terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan, spiral merenggang,
molekul-molekul iodin terlepas sehingga warna biru menghilang. Dari
percobaan-percobaan didapat bahwa pati akan merefleksikan warna biru bila berupa
polimer glukosa yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekul amilosa (Winarno,
1992, hal : 33).
Amilum terdiri dari dua macam polisakarida
yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%)
dan sisanya amilopektin. Amilosa terikat dengan ikatan alpa-1,4-glikosidik,
jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin terikat dengan ikatan
yang sebagian besar 1,4-glikosidik dan sebagian lagi 1,6-glikosidik. Adanya
ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga amilopektin
berbentuk terbuka dan bercabang.Molekul amilopektin lebih besar daripada
molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari 1000 unit glukosa. Butir-butir
pati tidak larut dalam air dingin tetapi apanila suspensi dalam air dipanaskan,
akan terjadi suatu larutan koloid yang kental. Larutan koloid ini apabila
diberi larutan iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh
molekul amilosa yang membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodium akan memberikan
warna ungu atau merah lembayung (Poedjiadi, 2005, Hal : 36).
Tahap hidrolisis amilum
(biru)
Amilum terlarut
(biru)
Amylodextrin
(lembayung)
Erytodextrin
(merah)
Achrodextrin
(tidak berwarna)
Maltosa
Gambar 4. Tahap Hidrolisis Amilum
Penambahan HCl
pekat lalu pemanasan dimaksudkan agar hidrolisis terjadi karena hidrolisis pati
hanya terjadi dalam pemanasan dengan asam. Asam klorida adalah larutan akuatik dari
gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas
dalam industri. Sifat-sifat HCl terdapat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2. Sifat HCl
Sifat
|
|
36,46 g/mol
(HCl)
|
|
Penampilan
|
Cairan
tak berwarna
sampai dengan kuning pucat |
1,18
g/cm3 (variable)
|
|
−27,32 °C (247 K)
larutan 38% |
|
110 °C (383 K),
larutan 20,2%; 48 °C (321 K), larutan 38%. |
|
Tercampur penuh
|
|
−8,0
|
|
1,9 mPa·s pada 25 °C,
larutan 31,5% |
Sumber : Wikipedia, 2014
KI ditambahkan sebagai indikator
terjadinya hidrolisis amilum dan menguraikan dekstrin menjadi amilodekstrin,
eritrodekstrin, atau akrodekstrin. KI/I2 merupakan pereaksi yang
digunakan dalam uji hidrolisis amilum.
Aplikasi hidrolisis amilum dalam bahan
pangan antara lain untuk memfermentasi ragi, membuat makanan yang dapat
disimpan dari hasil hidrolisis amilum.
IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan
menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran.
4.1
Kesimpulan
Dari percobaan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel amilum mengalami hidrolisis menjadi
akrodekstrin
4.2
Saran
Dalam melakukan
percobaan hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukannya, sehingga
sesuai prosedur dan tidak merusak sampel yang akan diuji. Diperlakukan
pemahaman materi agar praktikan memahami maksud dan tujuan percobaan yang
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Poedjadi,
Anna. 2005. Dasar-dasar Biokimia.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Soedarmadji. (1989). Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.
Wikipedia. 2014. Asam
Klorida. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida.html. Accesed : 26 Maret 2014
Winarno,
F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar