Sabtu, 03 Mei 2014

Uji Molish

I PENDAHULUAN

            Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan

1.1  Latar Belakang Percobaan
Di Indonesia bahan makanan pokok yang biasa kita makan ialah beras, jagung, sagu, dan kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut berasal dari tumbuhan dan senyawa yang terkandung didalamnya sebagian besar adalah karbohidrat, yang terdapat sebagai amilum atau pati. Karbohidrat ini tidak hanya terdapat sebagai pati saja, tetapi terdapat juga sebagai gula misalnya dalam buah-buahan, dalam madu lebah dan lain-lainnya. Protein dan lemak relatif tidak begitu banyak terdapat dalam makanan kita bila dibandingkan dengan karbohidrat. (Poedjiadi, 2005, Hal:8)

1.2  Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui adanya karbohidrat dalam bahan pangan secara umum.

1.3  Prinsip Percobaan
Berdasarkan pada reaksi antara karbohidrat dengan H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksi metil furfural dengan α naftol akan membentuk cincin senyawa kompleks berwarna ungu.

1.4  Reaksi Percobaan
 
 






II METODE PERCOBAAN

            Bab Ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Pereaksi yang Digunakan, (3) Alat yang Digunakan, dan (4) Metode Percobaan.

2.1 Bahan yang Digunakan
            Bahan yang digunakan dalam Uji Molish adalah 1 ml larutan sampel karbohidrat yaitu sampel F (madu rasa), B (leunca), E (bubur SUN) , K (selai morita kacang), H(roma malkist), 3 tetes larutan Molish, dan  2 ml H2SO4 pekat.

2.2 Pereaksi yang Digunakan
            Pereaksi yang digunakan dalam Uji Molish adalah Larutan Molish, yaitu 10 gram alfanaftol dalam 100 ml alkohol dan larutan asam sulfat pekat.

2.3 Alat yang Digunakan
            Alat yang digunakan dalam Uji Molish adalah tabung reaksi, pipet, tangkrus, dan gelas kimia.

2.4 Metode Percobaan

 


1 ml larutan karbohidrat + 3 tetes larutan molish

 


Teteskan 2 ml larutan H2So4


 



Amati terbentuknya cincin ungu



Gambar 2. Metode Percobaan Uji Molish
Prosedur percobaan uji molish ini adalah sampel dipipet sebanyak 1ml kemudian ditambah 3 tetes larutan molish, teteskan 2ml larutan H2So4 pekat dan kemudian amati terbentuknya cincin ungu.



































III HASIL PENGAMATAN

            Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengendapan, (2) Pembahasan.

3.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Molish
Sampel
Pere-aksi
Warna
Hasil
Sebelum Ditambahkan
Setelah Ditambahkan
F
Larutan Molish + H2So4
Bening
Ungu pekat
(+)
B
Hijau
Kuning
(+)
E
Putih
Ungu Muda
(+)
K
Bening
Ungu Muda
(+)
H
Putih
Ungu
(-)
Sumber : Dwika Larasati dan Risma Sri Ayu, Meja 02, Kelompok F, 2014
Keterangan : (+) Terbentuk cincin ungu
( - ) Tidak terbentuk cincin ungu
Description: I:\home\user\pictures\IMG-20140317-03158.jpg
 
 








Gambar 3. Hasil Pengamatan Uji Molish
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada uji molish didapatkan sampel (F, B, E, K ) yaitu madu rasa, leunca, bubur SUN, dan selai morita kacang mengandung karbohidrat, sedangkan pada sampel (H) yaitu roma malkist tidak mengandung karbohidrat. Hal ini dikarenakan pada sampel madu rasa, renca, bubur SUN, uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish,   sedangkan pada sampel roma malkist seharusnya hasilnya positif mengandung karbohidrat, hal ini dikarenakan praktikan kurang teliti dalam mengambil sampel sehingga terjadi kesalahan dalam menganalisis serta tidak hati-hati pada saat meneteskan H2SO4 pekat sehingga merusak karbohidrat yang ada dalam sampel.
Karbohidrat dengan zat tertentu akan menghasilkan warna ungu tertentu yang dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Bila karbohidrat direaksikan dengan larutan alfanaftol dalam alkohol, kemudian ditambahkan H2SO4 pekat secara hati-hati, pada batas cairan akan terbentuk furfural yang berwarna ungu. Reaksi ini disebut reaksi Molish dan merupakan reaksi yang umum bagi karbohidrat. (Winarno,1992, Hal :45)
Pereaksi yang digunakan pada uji Molish adalah larutan asam sulfat pekat dan larutan molish yaitu 10 g alfanaftol dilarutkan dalam 100 ml alkohol. (Tim Dosen, 2014)
Karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan akan dihidrolisa menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural. Furfural atau hidroksi metil furfural dengan α-naftol akan berkondensasi membentuk seenyawa kompleks berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang telah diberi α-naftol melalui dinding gelas dan secara hati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dan asam sulfat (Soedarmadji,1989, Hal : 77).
Fungsi H2SO4 pekat pada uji molish adalah untuk menghidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida, kemudian monosakarida didehidrasi menjadi senyawa furfural atau hidroksi metil furfural. Penetesan H2SO4 pekat didinding tabung reaksi karena bila diteteskan langsung ke dalam sample akan merusak sample. Alkohol berfungsi untuk melindungi karbohidrat agar tidak dirusak oleh asam sulfat pekat. Alfanaftol berfungsi sebagai senyawa yang membantu kondensasi sehingga terbentuk cincin senyawa kompleks berwarna ungu. Pada uji Molish tidak dipanaskan dalam Water Bath karena beberapa alasan, diantaranya sudah panas karena penambahan H2SO4 pekat, ditakutkan akan terjadi dekstruksi, ditakutkan akan meledak, dan ketika H2SO4 pekat dipanaskankan lagi akan menghasilkan senyawa beracun yang berbahaya apabila terhirup.
Asam sulfat yang berfungsi sebagai pereaksi dapat diganti dengan asam kuat pekat lainnya, seperti HCl, HBr, HI, tetapi tidak dapat diganti dengan HNO3 karena ditakutkan akan membentuk endapan lain selain endapan karbohidrat.(Anonim, 2014)
Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. (Poedjiadi, 2005, Hal : 41)
Pentosa-pentosa secara kuantitatif hampir secara kuantitatif semua terdehidrasi menjadi furfural. Dengan dehidrasi heksosa-heksosa menghasilkan hidroksi metil furfural. Oleh karena furfural atau derivatnya dapat membentuk senyawa berwarna merah apabila direaksikan dengan alfanaftol atau timol, reaksi ini dapat dijadikan reaksi pengenal untuk karbohidrat. (Poedjiadi, 2005, Hal : 41)
Pereaksi Molish terdiri atas larutan α naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa misalnya, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat akan terbentuk 2 lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan α naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat (Poedjiadi, 2005, Hal : 42)


IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran.

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel F, B, E, dan K yaitu madu rasa, leunca, bubur SUN dan selai morita kacang positif mengandung karbohidrat, sedangkan sampel H yaitu roma malkist tidak mengandung karbohidrat.

4.2 Saran
Dalam melakukan percobaan hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukannya, sehingga sesuai prosedur dan tidak merusak sampel yang akan diuji. Diperlakukan pemahaman materi agar praktikan memahami maksud dan tujuan percobaan yang dilakukan






















DAFTAR PUSTAKA

Anonim , 2014, Uji Molisch, http://www.scribd.com/doc/212221275/Uji-Molisch. Akses : 19 Maret 2014
Poedjadi, Anna, 2005, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Soedarmadji. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Winarno, F.G., 1992, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama









Tidak ada komentar:

Posting Komentar