I PENDAHULUAN
Bab
ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan
1.1 Latar Belakang Percobaan
Di Indonesia bahan
makanan pokok yang biasa kita makan ialah beras, jagung, sagu, dan
kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut berasal dari
tumbuhan dan senyawa yang terkandung didalamnya sebagian besar adalah
karbohidrat, yang terdapat sebagai amilum atau pati. Karbohidrat ini tidak
hanya terdapat sebagai pati saja, tetapi terdapat juga sebagai gula misalnya
dalam buah-buahan, dalam madu lebah dan lain-lainnya. Protein dan lemak relatif
tidak begitu banyak terdapat dalam makanan kita bila dibandingkan dengan
karbohidrat. (Poedjiadi, 2005, Hal:8)
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui
adanya karbohidrat dalam bahan pangan secara umum.
1.3 Prinsip Percobaan
Berdasarkan pada
reaksi antara karbohidrat dengan H2SO4 sehingga terbentuk
senyawa hidroksi metil furfural dengan α naftol akan membentuk cincin senyawa
kompleks berwarna ungu.
1.4 Reaksi Percobaan
|
II METODE PERCOBAAN
Bab
Ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Pereaksi yang
Digunakan, (3) Alat yang Digunakan, dan (4) Metode Percobaan.
2.1 Bahan yang
Digunakan
Bahan
yang digunakan dalam Uji Molish adalah 1 ml larutan sampel karbohidrat yaitu
sampel F (madu rasa), B (leunca), E (bubur SUN) , K (selai morita kacang), H(roma
malkist), 3 tetes larutan Molish, dan 2
ml H2SO4 pekat.
2.2 Pereaksi yang
Digunakan
Pereaksi
yang digunakan dalam Uji Molish adalah Larutan Molish, yaitu 10 gram alfanaftol
dalam 100 ml alkohol dan larutan asam sulfat pekat.
2.3
Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam Uji Molish
adalah tabung reaksi, pipet, tangkrus, dan gelas kimia.
2.4
Metode Percobaan
1 ml larutan karbohidrat + 3 tetes larutan
molish
Teteskan 2 ml larutan H2So4
Amati terbentuknya cincin ungu
Gambar 2. Metode
Percobaan Uji Molish
Prosedur percobaan
uji molish ini adalah sampel dipipet sebanyak 1ml kemudian ditambah 3 tetes
larutan molish, teteskan 2ml larutan H2So4 pekat dan
kemudian amati terbentuknya cincin ungu.
III HASIL PENGAMATAN
Bab ini akan menguraikan mengenai :
(1) Hasil Pengendapan, (2) Pembahasan.
3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Molish
Sampel
|
Pere-aksi
|
Warna
|
Hasil
|
|
Sebelum Ditambahkan
|
Setelah Ditambahkan
|
|||
F
|
Larutan
Molish + H2So4
|
Bening
|
Ungu
pekat
|
(+)
|
B
|
Hijau
|
Kuning
|
(+)
|
|
E
|
Putih
|
Ungu
Muda
|
(+)
|
|
K
|
Bening
|
Ungu
Muda
|
(+)
|
|
H
|
Putih
|
Ungu
|
(-)
|
Sumber : Dwika
Larasati dan Risma Sri Ayu, Meja 02, Kelompok F, 2014
Keterangan
: (+) Terbentuk cincin ungu
( - ) Tidak terbentuk cincin ungu
|
Gambar
3. Hasil Pengamatan Uji Molish
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil
pengamatan pada uji molish didapatkan sampel (F, B, E, K ) yaitu madu rasa, leunca,
bubur SUN, dan selai morita kacang mengandung karbohidrat, sedangkan pada
sampel (H) yaitu roma malkist tidak mengandung karbohidrat. Hal ini dikarenakan
pada sampel madu rasa, renca, bubur SUN, uji positif jika timbul cincin merah ungu yang
merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan
a-naftol dalam pereaksi molish, sedangkan pada sampel roma malkist seharusnya
hasilnya positif mengandung karbohidrat, hal ini dikarenakan praktikan kurang
teliti dalam mengambil sampel sehingga terjadi kesalahan dalam menganalisis
serta tidak hati-hati pada saat meneteskan H2SO4 pekat
sehingga merusak karbohidrat yang ada dalam sampel.
Karbohidrat dengan
zat tertentu akan menghasilkan warna ungu tertentu yang dapat digunakan untuk
analisis kualitatif. Bila karbohidrat direaksikan dengan larutan alfanaftol
dalam alkohol, kemudian ditambahkan H2SO4 pekat secara
hati-hati, pada batas cairan akan terbentuk furfural yang berwarna ungu. Reaksi
ini disebut reaksi Molish dan merupakan reaksi yang umum bagi karbohidrat.
(Winarno,1992, Hal :45)
Pereaksi yang
digunakan pada uji Molish adalah larutan asam sulfat pekat dan larutan molish
yaitu 10 g alfanaftol dilarutkan dalam 100 ml alkohol. (Tim Dosen, 2014)
Karbohidrat oleh asam
sulfat pekat akan akan dihidrolisa menjadi monosakarida dan selanjutnya
monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau
hidroksi metil furfural. Furfural atau hidroksi metil furfural dengan α-naftol
akan berkondensasi membentuk seenyawa kompleks berwarna ungu. Apabila pemberian
asam sulfat pada larutan karbohidrat yang telah diberi α-naftol melalui dinding
gelas dan secara hati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada
batas antara larutan karbohidrat dan asam sulfat (Soedarmadji,1989, Hal : 77).
Fungsi H2SO4
pekat pada uji molish adalah untuk menghidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida,
kemudian monosakarida didehidrasi menjadi senyawa furfural atau hidroksi metil
furfural. Penetesan H2SO4 pekat didinding tabung reaksi
karena bila diteteskan langsung ke dalam sample akan merusak sample. Alkohol
berfungsi untuk melindungi karbohidrat agar tidak dirusak oleh asam sulfat pekat.
Alfanaftol berfungsi sebagai senyawa yang membantu kondensasi sehingga
terbentuk cincin senyawa kompleks berwarna ungu. Pada uji Molish tidak
dipanaskan dalam Water Bath karena
beberapa alasan, diantaranya sudah panas karena penambahan H2SO4
pekat, ditakutkan akan terjadi dekstruksi, ditakutkan akan meledak, dan
ketika H2SO4 pekat dipanaskankan lagi akan menghasilkan
senyawa beracun yang berbahaya apabila terhirup.
Asam sulfat yang berfungsi sebagai pereaksi dapat diganti
dengan asam kuat pekat lainnya, seperti HCl, HBr, HI, tetapi tidak dapat
diganti dengan HNO3 karena ditakutkan akan membentuk endapan lain
selain endapan karbohidrat.(Anonim, 2014)
Dalam larutan asam
yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila
dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau
derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau
pelepasan molekul air dari suatu senyawa. (Poedjiadi, 2005, Hal : 41)
Pentosa-pentosa
secara kuantitatif hampir secara kuantitatif semua terdehidrasi menjadi
furfural. Dengan dehidrasi heksosa-heksosa menghasilkan hidroksi metil
furfural. Oleh karena furfural atau derivatnya dapat membentuk senyawa berwarna
merah apabila direaksikan dengan alfanaftol atau timol, reaksi ini dapat
dijadikan reaksi pengenal untuk karbohidrat. (Poedjiadi, 2005, Hal : 41)
Pereaksi Molish
terdiri atas larutan α naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan
pada larutan glukosa misalnya, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam
sulfat pekat akan terbentuk 2 lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan
itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan
α naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat
digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat.
Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat (Poedjiadi,
2005, Hal : 42)
IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan
menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran.
4.1
Kesimpulan
Dari percobaan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel F, B, E, dan K yaitu madu rasa, leunca,
bubur SUN dan selai morita kacang positif mengandung karbohidrat, sedangkan
sampel H yaitu roma malkist tidak mengandung karbohidrat.
4.2
Saran
Dalam melakukan
percobaan hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukannya, sehingga
sesuai prosedur dan tidak merusak sampel yang akan diuji. Diperlakukan
pemahaman materi agar praktikan memahami maksud dan tujuan percobaan yang
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Poedjadi,
Anna, 2005, Dasar-dasar Biokimia,
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Soedarmadji. (1989). Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Winarno,
F.G., 1992, Kimia Pangan dan Gizi,
Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar